EKSIGESIS KITAB DANIEL 8: 1-27



Pendahuluan
            Daniel  8:1-27  TUHAN menyatakan kepada Daniel melalui suatu penglihatan tentang kerajaan Media dan Persia akan ditaklukan oleh kerajaan Yunani, namun Yunani sendiri tidak akan sekuat seperti dulu, oleh karena Yunani akan terpecah menjadi empat kerajaan (8: 24). Kemudia dari salah satu kerajaan Yuanani akan muncul dan menguasai dunia serta akan menentang Allah dan umat-Nya.  Dalam penglihatan Daniel yang ketiga ini Tuhan memberi rincian bagaimana kerajaan yang kedua dan ketiga itu muncul. Akhir dari semuanya Allah akan menghakiri penderitaan atas umat-Nya dan memulihkan kembali umat-Nya.
Pembahasan
Eksigesis Daniel 8:1-27

Struktur  Kitab Daniel 8: 1-27
1.      (Ayat 1, 2) Pembukaan dari adanya penglihatan:
1)      Narator memberikan keterangan mengenai: Tahun ketiga pemerintahan Belsyazar.
2)      Tempat dimulainya penglihatan
2.      (Ayat 3-14) Daniel menguraikan tentang Isi dari pada penglihatan itu sendiri
1)      (ay 3-4) Uraian mengenai Domba Jantan
2)      (ay 5-8) Penglihatan mengenai Kambing Jantan
3)      (ay 9-14) Penglihatan  mengenai tanduk kecil
3.      (Ayat 15-26) Interpretasi Penglihatan Daniel
1)      (ay 15-18) Interpretasi (Daniel – Seorang laki-laki – Suara manusia – Gabriel)
2)      (ay 19-26) Interpretasi (diperjelas mengenai penglihatannya)
4.      (Ayat 27) Efek penglihatan pada Daniel (ay 27).
            Pada ayat 1 dijelaskan, bahwa Daniel melihat penglihatan ini pada tahun ketiga pemerintahan raja Belsyazar, “Yakni tahun 551/550 SM. Daniel melihat penglihatan ini dua tahun kemudian setelah ia melihat penglihatannya yang pertama”[1] (bdk. 7:1).
            Ayat 2 Dalam penglihatan Daniel, seakan-akan Daniel berada di puri Susan, yang ada di wilayah Elam. “Yaitu ibu kota Persia kira-kira 200 mil dari Babel”[2] Elam terletak di sebelah timur Babilon. Ibu kotanya adalah Susan. “Pada tahun 596 SM wilayah Elam dijajah orang Media. Kemudian hari dibawa pemerintahan Koresy, Susan dijadikan ibu kota kerajaan Persia.”[3] “Lokasi penglihatan ini hanya penting sebagai latar belakang penglihatan yang berkenaan dengan Media-Persia dan Yunani itu.”[4]
Domba Jantan (ayat 3-4)
            Ayat 3 ketika Daniel mengangkat muka dan melihat tampaklah seekor domba jantan memiliki dua tanduk,  ungkapan domba jantan memiliki dua tanduk  mengacu kepada dua kerajaan yaitu kerjaan Media dan juga kerajaan Persia baca (Dan. 8: 20). Yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan yang tinggi itu tumbuh terakhir, ungkapan tanduk yang lebih tinggi mengacu kepada Koresy kerajaan Persia, sedangkan. tanduk yang rendah mengacu kepada kerajaan Media. “Koresy dari Persia berhasil merebut kekuasaan di Media dan menggabungkan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerajaan di bawa pemerintahaannya pada tahun 549 SM.”[5]  
            Ayat 4 Selanjutnya Daniel melihat dalam penglihatan itu bawha domba jantan itu menunduk ke barat, ke utara dan ke selatan, dan tidak ada seekor binatang pun yang tahan menghadapi dia, dan tidak ada yang dapat membebaskan dari kuasanya; ia berbuat sekehendak hatinya dan membesarkan diri. Terkait ayat ini John F. Walvoord mengatakan bahwa
 “Domba jantan itu berkenaan dengan kekaisaran Media dan Persia karena memiliki dua tanduk menggambarkan Media dan Perisa, tanduk yang lebih besar. Mereka mampu menghancurkan apa saja yang di hadapannya ke arah barat, utara dan selatan (ayat 4). Ini mencakup penaklukan Babel, begitu juga Negara-negara lain di sebelah barat Persia. Dalam kekuasaan Persia mencapai kemenangan yang secara alkitabiah  signifikan ketika Babel ditaklukan dalam bulan oktober 539 SM. Sampai Aleksander Agung muncul 200 tahun kemudian, ketakutan Persia sangat dominan. Walaupun Daniel masih hidup dan melihat penggenapan nubuat-nubuat di sekitar penghancuran Babel dan kedatangan Media dan Persia dalam masa hidupnya, tetapi ia tidak hidup cukup panjang untuk melihat bagaimana pemerintahan Persia seperti yang diungkapkan oleh nubuat itu.”[6]

            Jadi, pada masa itu Persia memang sangat berjaya, ia mampu dan berhasil menalkulan kerajaan Media dan negera-negara sebelah barat Persia bahkan hingga sampai kepada Babel dengan berhasil. Koresy meskipun dia seorang yang pemberontak terhadap Allah, akan tetapi dia dalam kedaulatan Allah, Koresy dipakai menjadi alat di tangan Tuhan untuk memulangkan orang-orang Yahudi buangan dari Babel kembali ke tanah kelahiran mereka.
Kambing Jantan (Ayat 5-8)
            (Ayat 5) Tampak seekor kambing jantan datang dari sebelah barat, dan kambing jantan itu mempunyai satu tanduk yang di antara kedua matanya kambing jantan mempunyai satu tanduk ini mengacu kepada raja Negeri Yunani   yakni Aleksander Agung, hal itu bisa kita temui di (8: 21)  (ayahnya Filipus II dari Makedonia) setelah ayahnya Filipus meninggal Aleksander menggantikannya. Aleksader pun wafat pada usia 32 tahun, menurut catatan sejarah dan para penafsir mengemukakan bahwa pada masa itu tidak ada raja yang bisa menandingi kekuasaan Aleksander Agung. Dia dianggap salah satu orang terkuat pada masa itu. Karena dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap komandan perang sepanjang sejarah. Apa yang bisa kita lihat dari kambing jantan ini: Kambing jantan memiliki satu tanduk yang aneh di antara kedua matanya (ay 5). Dia menyerang domba jantan dengan keganasan yang hebat (ay 6). Kemudian di ayat selanjutnya Daniel melihat bahwa Kambing jantan mematahkan domba jantan,  (ay 7) domba jantan dibuat tidak berdaya, dan tidak tahan menghadapi kambing jantan, domba jantan dihempaskan dan diinjak-injak, dan tidak ada yang melepaskan domba jantan itu dari kuasa kambing jantan (ay 8). Kambing jantang itu sengat membesarkan diri, tetapi sampai pada puncak kuasanya, patahlah tanduk yang besar itu, (ayat 8) Apa yang dilihat oleh Daniel dalam penglihatan ini benar-benar menunjukkan sifat asli dari pada Aleksander Agung yang tangguh dan kuat. Linne Newel menjelaskan bahwa
 “Telah terbukti dari catatan sejarah betapa dengan mudah Koresy sebagai raja Persia  berhasil mengalahkan bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan lain. Ia ke Barat dan ke Utara, menaklukkan daerah Mesopotamia Utara lalu Asia kecil dan Aram. Kemudian kembali menaklukan Babel. Setelah itu sekali lagi ia keluar mengalahkan daerah-daerah lain ke Utara (misalnya, Armenia) dan ke Selatan, ke Mesir dan Etiopia. Yang dikalahkan di daerah timur dari Persia tidak seberapa, dan tidak sepenting yang lain.”[7]

             “Ketika Daniel hendak tengah memperhatikan domba jantan yang memamerkan kekuatannya ke segala penjuru, muncullah suatu  serangan dahsyat menentangnya dari arah yang tidak terduga. Seekor kambing jantan datang dari sebelah barat dan langsung menyerang tanpa peringatan (ayat 5). Serangan itu begitu ganas sehingga domba jantan besar itu lumpuh dan jatuh terhempas ke bumi, kemudian diinjak dan dihancurkan oleh penyerangnya (ayat 6-7).”[8]

Tanduk Kecil (ayat 9-14)
            Ayat 9-10 Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil,  frase ini mengacu kepada Antiokhus Epifanes dari kerajaan pecahan Yunani. Yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur  dan ke arah Tanah Permai. Terkait hal ini kemudian dijelaskan oleh Leon Wood  “Tak diragukan lagi, tanduk kecil itu mestinya adalah Antiokhus Epifanes IV. “Yang memerintah Siria setelah tahun 175 SM, dan mendatangkan kesengsaraan luar biasa ke atas bangsa Yahudi. Dia disebut “tanduk kecil,” seperti anti-Kristus dalam bab 7, karena kelakuannya mirip dengan anti-Kristus pada masa antar perjanjian.”[9] Peristiwa ini terjadi menjelang tahun 170 SM.  Ia menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai.  Sesudah Antiokhus menyerang ke sana kemari, akhirnya ia memperoleh kekuasaan atas Palestiana, “Tanah Permai(ayat 9)[10]. Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, John F. Walvoord mengatakan, bahwa
“Menurut sejarah, Antiokhus Epifanes mengaku dirinya sebagai Allah, sehingga meremehkan “bala tentara langit” (ayat 10) atau kuasa-kuasa surgawi. Ia mengangkat dirinya mengatasi “Panglima bala tentara” (ayat 11), yaitu meninggikan dirinya sendiri. Antiokhus merampas dan menghentikan korban harian yang dipersembahkan oleh orang Yahudi di Bait Suci dan merobohkan tempat kudusnya (ayat 13), dan menjadikan sebagai tempat penyembahan kafir. Ia menggenapi persyaratan sebagai tempat penyembahan kafir. Ia menggenapi persyaratan dengan menghempaskan kebenaran ke bumi (aya 12). Sejarah mencatat bahwa Antiokhus, dengan memakai nama Epifanes, yang berarti “yang mulia”, mengangkat dirinya sebagai Allah, sama seperti apa yang akan dilakukan oleh tanduk kecil dalam Daniel 7 dalam Masa Kesusahan Besar kelak. Perananannya serupa dengan peranan dictator dunia di masa yang akan datang.”[11]  

            Dari bintang-bintang, dijatuhkan beberapa ke bumi, dan diinjak-injak (ayat 10) terkait frase ini Ronald S. Wallace menjelaskan bahwa
“Ini mesti dimengerti ia dengan sengaja memilih beberapa tokoh terkemuka dari masyarakat Yahudi untuk dijadikan martir. Tindakan ini diikuti dengan serangan-serangan langsung yang diserahkan pada  panglima “Panglima bala tentara itu sendiri” (ayat 11) serangan langsung terhadap Allah ini, dilakukan melalui sebuah surat edaran larangan menjalankan ibadah persembahan, penghapusan hari-hari raya, dan perayaan sabat. Semua ini mencapai puncaknya ketika ia menempatkan satu barisan tentara di sekitar Bait Allah, menodai kekudusan tempat suci.”[12]
             “Ketika Sesudah mengukuhkan kekuasaannya di sana, ia bertekad menghancurkan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Yahudi. Tujuannya adalah untuk mengempaskan (kebenaran) ke bumi (ayat 12).” frase tanduk kecil “Dikatakan kecil sebab pada permulaan karirnya, tidak terlihat adanya potensi pada dirinya untuk menjadi besar. Dia menggunakan cara-cara yang tidak terhormat yang biasanya digunakan oleh orang-orang culas yang berusaha merenggut kuasa. “penipuan dan kelicikan” (ayat 25) menjadi senjata-senjata utamanya. Ia senang “membesarkan dirinya dalam hatinya” dan secara paksa menggertak dan memamerkan dirinya. Jelas dicatat dalam bagian ini, bahwa dia sebenarnya jauh lebih berbahaya terhadap rancangan-rancangan Allah daripada Aleksander atau Raja-raja Persia lain sebelumnya. Dan dalam upaya merenggut kuasa, ia melibatkan orang Yahudi dalam satu pergumulan antara hidup atau mati demi mempertahankan diri demi keberlangsungan hidup sebagai umat Allah”[13]
            Ayat 12 suatu kebaktian diadakan secara fisik menggantikan korban-korban secara fisik; “Teks dalam bahasa Ibrani unkapan ini sulit sekali, tetapi yang rupa-rupanya dimaksudkan ialah Antiokhus Epifanes mencemarkan Bait Suci  dengan mendirikan suatu “kefasikan” atau “kekejian”; bnd, ayat 13; dan 9: 27; 11:31; 12:11, kefasikan itu adalah mezbah bagi Zeus, kepala dewa-dewa Yunani, dan mungkin patung Zeus juga. Sebab itu Alkitab LAI memberikan arti yang cocok.”[14] Jadi, dari penjelasan di atas pembaca dapat melihat, bahwa Antiokhus sebagai raja yang jahat dan licik memakai kekuasaanya untuk merampas dan menghentikan korban harian yang dipersembahkan oleh orang Yahudi di Bait Suci dan merobohkan tempat kudus umat Tuhan (ayat 13), dan menjadikan sebagai tempat penyembahan kafir.
            Ayat 13 Kemudian kudengar seorang kudus berbicara, kepada seorang kudus lain berkata kepada yang berbicara itu dalam penglihatan ini Daniel mendengar dua orang kudus saling berbicara,  percakapan itu didengar  oleh Daniel, “Sampai berapa lama berlaku penglihatan ini, yakni korban sehari-hari dan kefasikan yang membinasakan, tempat kudus yang diserahkan dan bala tentara yang diinjak-injak?”  kemudian orang kudus itu menjawab “Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan wajar.” “Penglihatan itu yakni persembahan dan perayaan yang seharusnya terus menerus dilakukan itu dihentikan, dan pelanggaran atau pemberontakan mengakibatkan orang dibinasakan, tempat kudus diserahkan, dan bala tentara diinjak-injak (bentuk Polel untuk kata kerja ‘membinasakan’ mempunyai konotasi tersebut di atas, yakni ‘mengakibatkan’ atau menyebabkan dibinasakan.)”[15] Dalam penglihatan ini yang mengajukan pertanyaan adalah seorang “kudus” yang sedang mengajukan sebuah pertanyaan terkait “korban sehari-hari dan kefasikan yang membinasan, tempat kudus yang diserahkan dan bala tentara yang diinjik-injak” (ayat 13). Daniel diberitahu oleh malaikat itu, “Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus dipulihkan dalam keadaan yang wajar” frasa ini ditunjukkan kepada Daniel supaya Daniel mengetahui dengar benar tentang pemulihan yang akan dialami oleh bangsa Israel setelah mereka berada di bawa penderitaan akibat dosa-dosa mereka.  
            Ayat 14 diperlihatkan kepada Daniel bahwa, Ia (Antiokhius Epifanes) dibiarkan melakukan penghancuran ini selama jangka waktu “dua ribu tiga ratus petang dan pagi” sebelum segala sesuatu dipulihkan lagi. Jelasnya dalam penglihatan ini Daniel diberitahuan oleh Malaikat (ayat 14) “Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar.” “memerlukan waktu dua ribu tiga ratus tahun” pernyataan ini menimbulkan sejumlah pendapat yang berbeda-beda   saya lebih sependapat bahwa “Dipulihkan keadaan yang wajar” berarti dibenarkan,” maka penulis lebih sependapat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan Bait Allah itu, yakni berbakti dan mengabdi kepada Allah orang Yahudi di buktikan dengan benar. Sebenarnya hal itu digenapi dengan penuh hanya dengan kedatangan Tuhan Yesus Kristus, Anak Domba Allah, korban sempurna untuk dosa manusia, yaitu pada kedatangan-Nya yang pertama kali.”[16] Maka itu penulis berkesimpulan bahwa penyataan “dipulihkan kembali” telah digenapi secara penuh oleh kedatangan Kristus, melalui kematian dan kembangkitan-Nya telah memulihkan dan membenarkan segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan masa lalu dan masa sekarang bahkan sampai kepada masa yang akan datang. Karena hanya Yesuslah satu-satunya Anak Allah yang mampu memulihkan kembali bati Allah yang sudah hancur, maka itu tidak lain, frasa itu mengacu juga kepada pelayanan Yesus. Yang telah Ia pulihkan secara penuh pada waktu keberadaan-Nya di atas bumi ini.

Interpretasi Penglihata Daniel (Ayat 15-26)
            Apa yang belum dipahami secara jelas oleh Daniel diayat-ayat sebelumnya sekarang diberikan penjelasan lebih jelas mengenai maksud dari  penglihatan tersebut,
Bagian pertama (Daniel 8: 15-18)
            Daniel sendiri mengaku bahwa (ayat 15) Aku melihat penglihatan itu dan berusaha memahaminya, ungkapan “aku melihat” hampir dalam keseluruhan ayat diulang-ulangi tetapi sayangnya Daniel sendiri tidak memahami secara benar maksud dari penglihatan ini. Daniel melihat dan memperhatikan secara langsung akan tetapi Daniel tidak memahaminya kecuali Allah sendiri yang memberitahukan arti dari penglihatan itu. Jadi di sini kita melihat keterbatasan pikiran Daniel untuk memahami mimpi ini, Daniel hanya dapat memahami penglihatan ini dengan campur tangan dari Allah.
            Di ayat yang sama ada frase maka tampaklah seorang berdiri di depanku, yang rupanya seperti seorang laki-laki; kemudian di ayat 16 ada frase suara manusia yang berseru kepada Gabriel “Buatlah orang ini memahami penglihatan itu” terkait frase ini Newell mengemukakan bahwa “Malaikat ini datang dalam rupanya seperti manusia sebab akan berkomunikasi dengan manusi”, Ayat 16 “Daniel tidak melihat suatu oknum yang berseru demikian, Daniel hanya mendengar suara ia kenal sebagai suara manusia, dan mengetahui dari arah mana datangnya. Cukup jelas suara itu ialah suara Allah yang menyuruh malaikat-Nya Gabriel mengartikan penglihatan itu kepada Daniel dan membuat dia memahaminya (bdk. 12: 6-7.)”[17]
            Ayat 17 frase jatuh tertelungkup  suatu keadaan di mana Daniel terletak atau terbaring karena terkejut ketika didatangi oleh seorang laki-laki kemudian ia mendengar langsung suaru manusia yang berkata kepada Gabriel buatlah orang ini memahami penglihatan itu. Kemudian Newell mengatakan bahwa  “Kata-kata yang diterjemahkan ‘sujud’ dalam Yehezkiel 1: 28; 3: 23; 44: 4, sama dengan yang diterjemahkan ‘jatuh tertelungkup’ dalam ayat ini Gabriel menyebut Daniel ‘anak manusia,’ sebutan ini mengingatkan Daniel, ia selaku manusia diberi penglihatan dari surga. Sebagai manusia ia tak dapat memahaminya, maka sekarang suatu oknum surgawi akan memberitahukan kepada dia tentang maknanya. Sebutan ‘anak manusia’ ini dipakai mengenai Yehezkiel juga untuk menegaskan sifat kemanusiaannya.”[18]   
            Frase akhir masa  Lyne mengemukakan bahwa “Terjemahan ‘akhir masa’ di sini adalah kurang tepat. Bahasa aslinya adalah ‘et qe ‘et) berarti ‘waktu/ketika yang telah ditentukan.’ Apabila dipakai dalam konteks penghukuman Allah, kata ini berarti suatu waktu yang telah ditentukan Allah di mana Ia akan bertindak dan menjatuhkan hukaman-Nya,” kata qea, adalah kata benda dari kata kerja yang berarti ‘memotong’ yang sering dipakai untuk hukuman. Kata benda ini juga sering dipakai dalam konteks penghukuman Allah dan menunjukkan, bahwa Ia menghakiri, atau menyebabkan berakhirnya suatu keadaan.”[19]
             Jadi ayat 17 ini Gabriel mengatakan, bahwa penglihatan ini adalah mengenai waktu yang sudah ditentukan untuk kesudahan atau berakhirnya sesuatu. Waktu itu perlu dipahami berhubungan dengan ayat 19 dan mungkin dengan pernyataan ayat 13 itu. Sesuai dengan pemakaian tersebut di atas, waktu itu adalah waktu saat Allah menghakiri pemberontakan terhadap-Nya dengan menjatuhkan hukuman.[20] Jadi, di sini kita dapat melihat bagaimana Allah mengatur segala sesuatu dengan akhir yang sangat menggembirakan bagi bangsa Israel. Di dalam penglihatan ini Allah berperan sebagai penegak keadilan. Sebagai Allah yang berdaulat Ia berhak menentukan akhir masa penderitaan. Allah memiliki kuasa mutlak atas ciptaan-Nya sehingga Allah berhak menghukum dan juga menghakiri penghukumannya.
            Ayat 18 Sementara Gabriel berbicara, Daniel jatuh pingsang dan tertelungkup ke tanah; kemudia Malaikat membuat Daniel berdiri kembali. Ayat 19 lalu Gabriel memberitahukan, bahwa “Kuberitahukan kepadamu apa yang akan terjadi pada akhir murka ini, sebab hal itu mengenai akhir zaman.” “sebagian sarajana mengatakan, bahwa waktu yang dibicarakn itu adalah waktu yang disebut dalam ayat 13-14, yaitu waktu Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya atas Antiokhus Epifanes dan memulihkan kembali keadaan umat-Nya, Israel, dan tempat kudus-Nya sehingga mereka sekali lagi boleh berbakti kepada Allah. Tafsiran ini sesuai dengan konteks dan dapat diterima.[21] Tetapi sarjana lain berpendapat, bahwa yang diakhiri ialah masa bilamana orang-orang Israel seharusnya merupakan kerajaan Allah di atas bumi ini tetapi mereka terus memberontak terhadap Alah, sehingga yang menonjol hanyalah kerajaan-kerajaan manusia yang dipakai Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya terhadap Israel yang memberontak itu dengan menekan dan mengalahkan mereka. Tuhan akan menghakiri dengan kedatangan yesus Kristus, “Anak Manusia,” yang mendirikan kerajaan Allah yang kekal yang diterima dari orang-orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan mereka. Bangsa Israel tidak lagi menjadi umat Tuhan yang khusus. Keadaan bagi mereka itu diakhir Tuhan.”[22]
            Jadi, dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan, bahwa frase ““Kuberitahukan kepadamu apa yang akan terjadi pada akhir murka ini, sebab hal itu mengenai akhir zaman.”  Bisa dipahami sebagai kebenaran tentang pemulihan umat Tuhan (Israel) setelah hukuman Tuhan terhadap kejahatan Antiokhus keadaan umat Israel dipulihkan kembali dan memperoleh anugerah untuk beribadah kepada Allah dan juga umat Allah dipulihkan secarah sempurna melalui kedatangan Kristus. jadi, frasa itu bisa dipahami sesuatu yang sudah digenapi di masa PL dan juga penggenapan secara penuh melalui pengorbanan Yesus di masa Perjanjian Baru.
           
Bagian Kedua (Ayat 19-26)
            ayat 19  frase murka ini,”  berarti murka Allah terhadap Israel yang dinyatakan dalam penghukuman, yaitu penderitaan yang didatangkan-Nya  atas mereka melalui bangsa-bangsa lain.  Pada waktu Antiokhus Epifanes mulai menyiksa umat Tuhan dan menentang Allah maka bagian terakhir murka itu mulai. Dan Tuhan sudah menentukan waktu berakhirnya bagian terkahir murka itu.[23] Jadi murka Allah yang dialami oleh umat Israel merupakan penghukuman Allah terhadap dosa-dosa mereka. konsekuensi dari perbuatan dosa bangsa Israel telah mengundang murka-Nya. Dalam nas ini pembaca dapat melihat bahwa Allah memakai bangsa-bangsa bukan Yahudi untuk mendatangkan murka-Nya terhadap bangsa Israel. Tetapi masa penderitaan ini akan berakhir dan akan dihentikan oleh Allah sendiri. Allah sendiri akan memulihkan kembali umat-Nya dari penderitaan yang sedang dialaminya. Di sini kita dapat belajar bahwa sifat Allah yang adil dan kasih ditegahkan di tengah-tengah situasi yang sukar ini.
            Ayat 20-26 Penjelasan firman Tuhan di bagian ini adalah interpretasi/maksud atau keterengan lebih ditel mengenai (ayat 3-9)  berhubungan dengan ayat-ayat ini.  Frasa “orang fasik” (ayat 23) ditunjukkan kepada orang-orang Yahudi yang menjadi fasik sebab tidak berbakti kepada Allah. Oeh karena dosa dan pemberontakan mereka terhadap Allah, sehingga Tuhan sekali lagi mendatangkan murka-Nya atas mereka melalui tangan raja Yunani yang akan muncul itu, yakni Antiokhus Epifanes.  “Orang-orang fasik telah penuh kejahatannya” Lynne Newell mengatan “Orang-orang fasik itu bukanlah orang-orang kafir. Sebab orang-orang kafir tidak diharapkan berbakti dengan setia kepada Tuhan” karena itu ungkapan “Apabila orang-orang fasik telah penuh kejahatannya”[24] adalah sebutan yang mengacu kepada kehidupan orang Yahudi yang tidak setia, sehingga akibat ketidak setiaannya terhadap Allah mengakibatkan penghukuman bagi kehidupan mereka sendiri.
            Ayat 24 Lynne mengemukakan bahwa frase “tetapi tidak sekuat yang terdahulu.” Terjemahan anak kalimat ini kurang tepat. Yang lebih tepat ialah, “Tetapi tidak karena kekuatannya sendiri.” Orang ini menjadi berkuasa dan berhasil dalam segala kejahatannya justru karena Allah yang berdaulat mutlak menyerahkan orang-orang ke dalam tangannya. Dan Tuhan yang mengangkat menjadi raja, akan menghancurkannya juga dengan kuasa-Nya sendiri. Dalam 1 Makabe 6:8-16 tertulis, bahwa setelah Antiokhus dikalahkan dalam suatu pertempuran lalu ia mati karena (shock). Waktu itu berada di Babel. Jadi ini tidak dibunuh oleh tangan manusia.”[25]            
            Bandingkan dengan ayat 25. Ayat 26 Daniel tidak diberi keterangan mengenai ayat 14 “dua ribu tiga ratus tahun” petang dan pagi setelah masa itu berlalu tempat kudus dipulihkan kembali. Pemberi pesan hanya menyampaikan kepada Daniel dalam penglihatan itu, bahwa “Apa yang dikatakan itu benar. Tetapi engkau, sembunyikan penglihatan itu, sebab hal itu mengenai masa depan yang masih jauh.”[26] Walaupun bagian ini digenapi oleh Antiokhus, tetapi menjadi gambaran yang khas mengenai peranan Antikristus di masa yang akan datang, yaitu si pendurhaka, diktator atas seluruh dunia selama tiga setengah tahun menjelang kedatangan Kristus untuk kedua kalinya.[27]
            Gabriel hanya menyatakan, bahwa “apa yang disampaikan itu benar” adanya. Akan ada masa penderitaan sehingga semua pelaksanaan kebaktian kepada Tuhan dimusnakan, tetapi waktu itu benar terbatas. Lalu sekali lagi bait Allah akan dipulihkan dan Tuhan akan disembah. Kenyataan itulah yang paling penting, dan bukan lamanya jangka waktu tersebut. Persoalan seberapa lama jangka waktu yang dibutuhkan oleh umat untuk menunggu terjadinya pemulihan kembali itu tidak terlalu penting sebab penderitaan yang mereka alami tidak akan bertahan lama, waktu itu terbatas. Lalu Tuhan akan memulihkan dan mengembalikan mereka kembali ke keadaan yang semula. Begitu juga dengan penderitaan yang akan dialami oleh orang percaya pada masa sekarang dan di masa yang akan datang sebab penderitaan itu akan berakhir dan dikemudian hari akan dihentikan oleh kedatangan sang Raja Agung yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus akan menggantikan penderitaan menjadi suka cita dan damai sejahtera.
            Ungkapan ‘sembunyikanlah’ Menurut Lynne terjemahan kurang tepat. Daniel tidak disuruh menyembunyikan penglihatan itu, sehingga tidak diketahui orang. Tetapi Daniel disuruh memelihara baik-baik penglihatan ini, menulis dan menyimpannya supaya tidak hilang. Alasannya ialah karena penggenapannya di masa depan masih jauh. Masa pemerintahan Antiokhus Epifanes adalah 175-164 SM, yang memang jauh kemudian dari tahun 550 SM, yaitu Daniel diberikan penglihatan ini.”[28]
            Ayat 27 Daniel, yang dibawa melewati ketegangan emosional yang luar biasa dalam menerima penglihatan ini, Daniel berkata, “Maka aku, Daniel, lelah dan jatuh sakit beberapa hari lamanya; kemudian bangunlah aku dan melakukan pula urusan raja. Dan aku tercengang-cengang tentang penglihatan itu, tetapi tidak memahaminya” (ayat 27).  Penglihatan ini membuat Daniel “lelah dan jatuh sakit beberapa hari lamanya” (ayat 27). Pun ketika Daniel mampu beridi dan kembali bekerja, penglihatan ini tetap mengusiknya dan membuatnya berpikir. Untuk beberapa waktu lamanya ia tertekan dan membuatnya berpikir. Penglihatannya membut cukup ngeri. Dalam pasal berikut, kita akan melihat bahwa semua tekanan ini membuatnya mencari Tuhan melalui doa dan didukung oleh puasa dan mengenakan pakaian berkabung.”[29]
            Bagaimana pun juga, patut dicatat bahwa Daniel pada masa pencobaan ini, tidak membiarkan dirinya menjadi sinis; untuk beberapa hari ia jatuh sakit, tapi “kemudian bangunlah aku dan melakukan pula urusan raja”. Daniel selalu siap sedia bertindak dan senantiasa berpengharapan kuat. Pada saat itu Belsyazar sedang menjadi Raja Babel dan urusan raja adalah jenis pekerjaan sepele yang diberikan kepada orang-orang yang ingin disisihkan oleh raja. Walaupun begitu, Daniel melakukan pekerjaannya demi Allah dan masa depan yang diyakininya ada di sana – juga di Babel.[30]   
Penerapan
            Tetap waspada dan jangan berbuat dosa. Karena perbuatan dosa akan mengundang murka Allah. di saat orang percaya melakukan dosa itu sama hal dengan melawan Allah karena dosa merupakan perbuatan yang tidak menghormati Allah sebagai Bapa yang kudus. Setiap orang Kristen musti berkaca pada perilaku orang Israel, ketika mereka melakukan dosa yang dilarang oleh Tuhan, Allah segerah mendatangkan murka dan penghukuman atas mereka. Jika orang Kristen  ingin selamat dari murka Allah, maka harus menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
            Sikap hidup Daniel patut diteladani oleh setiap orang Kristen. Walaupun Daniel diperhadapan dengan situasi yang membuat dirinya jatuh sakit, tetapi ia tetap bangkit dan mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabanya, sikap baik Daniel ini menjadi contoh yang patut dimiliki oleh orang-orang Kristen. Meski pun kita diperhadapkan dengan masalah dan penderitaan yang berat tetapi kita harus memiliki ketekunan seperti Daniel. Karena disaat kita tetap tekun dan bersandar pada Allah yang hidup maka Allah juga akan menopang kita untuk melewati setiap masalah dan kesulitan yang kita hadapi. Dalam penderitaan yang kita alami Allah tidak membiarkan kita, tetapi justru di dalam penderitaan itu Allah mengajarkan kita untuk mengintrofeksi diri apabila ada salah dan dosa. Allah mengajarkan kita untuk bertobat dari jalan yang salah. Jadi kadang-kadang Tuhan mengizinkan penderitaan terjadi atas kehidupan umat-Nya itu bukan berarti Allah tidak mengasihi mereka tetapi justru karena Allah mengasihi umat-Nya maka Allah mengizinkan itu terjadi dalam kehidupan anak-anak-Nya. Allah tidak pernah menghukum tanpa sebab, ketika orang Kristen mengalami satu masa-masa yang sulit maka harus memandang kepada Allah dan menunggu apa yang menjadi kehendak melalui masalah dan penderitaan ini. Karena hanya Allah saja juruselamat kita dan tempat perlindungan yang aman.

KEPUSTAKAAN
Alkitab Terjemahan Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1994
Browning W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Newel Linne. Kitab Daniel: Seri Tafsiran Alkitab. Malang: Literatur Saat, 2011
Robert M. Paterson. S.M. Siahaan. Kitab Daniel: Latarbelakang, Tafsiran dan Pesan.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Wallace Ronald S. Daniel: Kedaulatan dan Kasih Allah Berseri Kendati Situasi Negeri-Negeri Tak Terperi. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010.

Wood Leon J.The Prohphet of Israel: Nabi-nabi Israel. Malang: Gandum Mas, 1979.
Walvoord John F. Every Prophecy of the Bible. Bandung: Kalam Hidup, 1999.




            [1]Linne Newel, Kitab Daniel: Seri Tafsiran Alkitab (Malang: Literatur Saat, 2011), 219.
            [2]John F. Walvoord, Every Prophecy of the Bible (Bandung: Kalam Hidup, 199), 300.
            [3]Ibid., 119-120.    
            [4]Ibid., 301.
            [5]W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 ), 345.
            [6]John F. Walvoord, 301. 
            [7]Linne Newell, 221. 
            [8]Ronald S. Wallace, Daniel: Kedaulatan dan Kasih Allah Berseri Kendati Situasi Negeri-Negeri Tak Terperi (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010), 200.
            [9]Leon J. Wood, The Prohphet of Israel: Nabi-nabi Israel  (Malang: Gandum Mas, 1979), 508.
            [10]Ronald S. Wallace, 202.
            [11]John F. Walvoord, Every PROPHECY of the Bible: Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab,  (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), 305.
            [12]Ibid., 202.
            [13]Rondald S. Wallace, 121-122.
            [14]S.M. Siahaan dan Robert M. Paterson, Kitab Daniel: Latarbelakang, Tafsiran dan Pesan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 151.
            [15]Linne Newell, 229.
            [16]Ibid, 231.
            [17]Lynne Newell, 232.
            [18]Lyne Newell, 233. 
            [19]Ibid, 234.  
            [20]Ibid, 234. 
            [21]John. F Walvoord, Every Prohecy of the Bible (Bandung: Kalam Hidup, 1999),  hlm: 306-307.  
            [22]Lynne Newell, 234-235. 
            [23]Newell, 235.
            [24]Lynne Newell, 237.
            [25]Ibid, 237.
            [26]Daniel 8: 26
            [27]John F. Walvoord, 307-308.  
            [28]Lynne Newell, 238.
            [29]Ronald S. Wallace, 211-212.
            [30]Ibid, 121. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.