KONSEP PERJANJIAN BARU BERDASARKAN YEREMIA 31:1-40 DAN IMPLEMENTASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI
MAKALAH
KONSEP
PERJANJIAN BARU
BERDASARKAN
YEREMIA 31:1-40
DAN
IMPLEMENTASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI
DI
SUSUN OLEH
YAMINUS
YIKWA
JURUSAN:
BIBLIKA
MATA
KULIAH: NABI-NABI DAN ETIKA TERAPAN
Dosen : Andrew Scot Brake Ph.d
SEKOLAH
TINGGI FILSAFAT THEOLOGY JAFFRAY MAKASSAR
TAHUN
AJARAN 2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pokok Masalah…………………………………………………………………....3
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………….4
Konteks Luas Kitab Yeremia 30-33………………………………………………4
Konteks Sebelum/Dekat
(Yer. 30: 1-24)………………………………….4
Konteks Sesudah (Yer.
32-33: 1-26)…………………………………...…6
Pembahasan Perjanjian Baru Dalam Kitab (Yer.
31:1-40)…………………...….10
Perjanjian
Baru……………………………………………………...……10
Perjanjian Baru Dimulai dari Kasih Allah yang bersifat kekal
(Yer.
31: 1-9)……………………………………………………...……...11
TUHAN
merubah kerusakan bangsa Israel dengan sukacita
(Yer. 31: 10-17)………………………………………………….……....12
Perjanjian Baru sebagai Dasar Pertobatan Efraim
(Yer. 31: 18-22).....….13
Ketaatan
sebagai bagian dari Perjanjian Baru (Yer. 31:
18-22, 34)..…....14
Perjanjian
Baru sebagai dasar Pemulihan umat Israel (Yer. 31: 23-30)...15
Perjanjian
Baru sebagai Nubuatan Pemulihan atas
bangsa Israel
(Yer. 31: 31-34)…………………..............................……………......…16
(Yer. 31: 31-34)…………………..............................……………......…16
TUHAN
Menegaskan Bahwa Perjanjian-Nya Tidak Akan Pernah
Berubah (Yer. 35-37)…………….............……...............……………...18
Berubah (Yer. 35-37)…………….............……...............……………...18
Penerapan
Konsep Perjanjian Baru Yeremia 31 bagi masa kini………………...19
BAB III
KESIMPULAN…………………………………………………………………………..20
KESPUSTAKAAN……………………………………………………………………....21
BAB
I
PENDAHULUAN
Konsep perjanjian baru merupakan
kontribusi paling penting dari kitab Yeremia terhadap pemikiran alkitabiah. Sehingga
seorang penafsir Huey menyebutnya “Mungkin yang paling terkenal dan tentu saja salah satu bagian terpenting
dalam Kitab
Yeremia, adalah pengumuman
perjanjian baru ini, “Dispensasi Ilahi yang baru dalam hal penggunaan baru dan lebih dalam dari pengajaran Ilahi (Torah) yang telah menjadikan perikop ini sentral bagi Alkitab Kristen
dan memberi nama pada Perjanjian Baru.”[1] “Ini adalah pertama dan satu-satunya saat Perjanjian
Lama secara khusus berbicara tentang “new covenant/Perjanjian Baru” walaupun
kenyataan dari perjanji itu tersirat dalam banyak PL (Lihat Yes. 42: 6; 55: 3,
59: 21; Yeh 34: 25; 36: 24- 28; 37: 26; Ho 2: 18-22)”[2] “Hubungan perjanjian
baru ini tidak akan “dangkal” dan tunduk pada orang-orang tetapi “sangat tertanam dalam
batin dan hati” dan bertahan selamanya” dikutip dari ( D. Kidner, Pengepungan Yeremia. Montfort Street, 1996 ) 110.”[3]
Tema Sentral dalam “Yeremia 30-33
adalah penjelasan tentang restorasi/pemulihan. (Yer. 31) Pemulihan berkaitan dengan
penggenapan perjanjian Abraham dan perjanjian Daud.”[4]
“Ini merupakan בְּרִ֥ית ×—ֲדָשָֽׁ×” (berith
chadashah) ‘perjanjian’
dari satu pihak kepada yang lain – bukan ‘persetujuan’ di antara dua pihak.”[5] Ketetapan perjanjian baru dimulai dari kehendak dan
inisiatif Allah sendiri untuk menjadi Allah atas kehidipun umat-Nya (Yer 31:
1). Perjanjian ini dinyatakan untuk menjadi dasar “Kesatuan kerajaan utara
dengan kerajaan selatan, mereka yang tercerai berai akan disatukan oleh Allah (lihat 30:3, 10; 31:5-6, 8-9, 20, 27; Yer 31: 5-6; 32:27; 33:7).”[6] Dan
perjanjian baru ini akan menjadi dasar pertobatan Efraim dan sepuluh suku
Israel lainnya (ay 18-22). Yeremia 31: 23-30 Hal ini juga menyangkut nubuatan
keselamatan dan pemulihan yang akan datang
secara unerversal baik atas bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain (Yer
31: 34).
“Pada prinsipnya,
perjanjian ini, juga diumumkan oleh Yesus Kristus (Lukas 22: 20), mulai digenapi
secara rohani dalam
kehidupan orang-orang percaya Yahudi dan non Yahudi di zaman
gereja (1 Kor. 11:
25;
2 Kor. 3: 6; Ibr. 8: 7-13; 9: 15; 10: 14-17; 12:
24; 13:
20).
Itu sudah mulai berlaku dengan “menurut pemilihan kasih karunia (Rm. 11: 5).”[7] Dan salah satu “Karakteristik besar lainnya dari perjanjian baru adalah bahwa karena perjanjian baru ini, Allah akan mengampuni
dosa
kita. Tidak disebutkan tentang pengorbanan di sini. Pengampunan disebut sebagai salah satu berkat penting yang menyertai
perjanjian baru.”[8] Sebagaiman perikop ini juga di bahas
dalam Kitab (Ibrani 8; 9: 11-15) Demikian juga dengan Rasul Paulus pernah
mengatakan kepada jemaat di Korintus, “Cawan
ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku,” (1 Kor 11:
25). “Mereka yang berada di bawah
perjanjian baru akan menaati Allah bukan karena tugas atau ketakutan tetapi
karena keinginan dan kemampuan yang diberikan Allah untuk melakukannya (lih.
Rom 8: 1-4, 2 Kor 5: 14). Dengan demikian, tidak perlu lagi memodifikasi
perjanjian, karena Israel tidak akan lagi melanggar perjanjian (3:17); itu
harus kekal (32: 40).”[9]
Menyadari pentingnya
kebenaran yang mendalam ini, maka penulis akan membahas pentingnya pengajaran Perjanjian
Baru berdasarkan Kitab Yeremia 31.
Pokok
Masalah
Sesuai dengan
penjelasan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam
penulisan makalah ini adalah:
Pertama, Apa sebenarnya konsep Perjanjian Baru
berdasarkan Kitab Yeremia 31?
Kedua, bagaimana menerapkan makna “new
covenant/ perjanjanjian baru” bagi orang
Kristen pada masa kini?
BAB
II
Pembahasan
Tentang Perjanjian Baru
Dalam
Kitab Yeremia 31
Analisis Konteks Luas Kitab Yeremia 30-33
a.
Konteks
dekat/sebelum: Nas Yeremia 30: 1-24
Penjelasan firman TUHAN Kitab Yeremia pasal 30 adalah berisi tentang
penghiburan dan nubuatan Yeremia
mengenai janji Allah untuk memulihkan bangsa Israel dan “Pesan Yeremia tentang
Kerajaan Mesianik.”[10]
Di perikop ini Allah berperan sebagai tokoh utama yang akan memulihkan keadaan
umat-Nya secara keseluruhan, baik Israel dan Yehuda, Allah akan mengembalikan
mereka ke negeri yang telah Allah berikan kepada nenek moyang mereka, dan
mereka kembali akan memiliki tanah perjanjian itu (Yer 30: 2-3). Keselamatan
dan pemulihan akan diterima oleh bani Yakub dan keturunannya melalui Allah (ay
4-7). Israel akan kembali menyembah kepada Allah sebagai satu-satunya Pribadi
yang sempurna (ay 8-9). Firman TUHAN di (ay 10 -11) menyebutkan bahwa Allah
sendiri berinisiatif dan turun tangan secara langsung untuk menyelamatkan Yakub
dan keturunannya dari negeri pembuangan Babel. Melalui pertolongan dan
keselamatan yang dikerjakan oleh Allah, Yakub akan kembali dan hidup dengan
tenang dan aman, dengan tidak ada yang mengejutkan (ay 11). Walaupun bangsa
Israel telah melakukan kesalahan besar di hadapan TUHAN namun Allah akan
memelihara dan menyelamatkan umat-Nya dari tangan musuh-musuh (12-15). Allah
akan mendatangkan kesembuhan bagi umat-Nya (ay 17). Orang orang yang melawan dan menindas umat Israel akan dihukum
oleh Allah (ay 16, 20). Selanjutnya di (ay 17)
Allah akan mendatangkan kesembuhan dan mengobati luka-luka yang diderita
oleh umat-Nya.
Keadaan kemah-kemah
Yakub akan dipulihkan kembali oleh Allah, kota yang telah runtuh oleh
tangan-tangan musuh akan dibangun kembali di tempat yang sama (ay 18) dan di
tempat itu akan terdengar nyanyian syukur dan suara orang-orang yang telah
dipulihkan akan bersukaria (ay 19). Bahkan selanjutnya umat Israel tidak akan
berkurang dan dihina lagi karena Allah akan mempermuliakan umat pilihan-Nya
Allah sendiri yang akan membuat mereka banyak dan mereka tidak akan berkurang
lagi. Selanjutnya Yeremia 30: 19 juga
diterangkan bahwa orang yang berkuasa untuk memerintah atas Israel akan bangkit
dari tengah-tengah mereka; Allah akan membuat dia maju dan mendekat kepada-Nya
(ay 21). Maka Israel akan menjadi milik kepunyaan Allah dan Israel Akan
menyembah kepada Allah nenek moyang mereka, yang telah memilih dan mengangkat
mereka untuk menjadi umat pilihan-Nya. Di ayat-ayat terakhir (23-24) Yeremia
bernubuat bahwa “Angin badai TUHAN, yakni kehangatan murka telah keluar
menyambar dan turun menimpa kepala orang-orang fasik. Murka TUHAN yang
menyala-nyala itu tidak akan surut sampai Allah melaksanakan dan meuwujudkan
apa yang dirancang-Nya dalam hati-Nya; pada hari-hari yang terakhir kamu akan
mengerti (ay 23-24).”
b.
Konteks sesudah
teks: Nas Yeremia 32-33
Yeremia 32: 6-12, Nabi
Yeremia Pasal 32 berbicara tentang pembelian ladang sebagai jaminan keselamatan
yang akan dikerjakan oleh Allah bagi Umat Israel dan Yehuda (ay 6-22) di masa
depan. Pembelian ladang yang dilakukan oleh Yeremia merupakan bukti dan jaminan
bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah (ay 27) Allah sebagai pencipta dan
pemilik atas umat-Nya dapat melakukan segala sesuatu di luar pikiran dan akal
budi manusia, walaupun Yeremia sendiri belum mengerti apa maksud dan tujuan
Allah menyuruh dia membeli ladang di Anatot. Hal itu dimulai dengan firman
Allah yang datang langsung kepada Yeremia sebagai nabi untuk membeli ladang
yang ada di Anatot (ay 7) sesui dengan apa yang telah difirman oleh Allah
kepada Yeremia, Hanameel anak Salum datang kepada Yeremia dan mengusulkan untuk
membeli ladang yang ada di Anatot yang letaknya berada di daerah Benyamin,
sebab menurut Hanameel yang berhak untuk mememiliki dan hak untuk tebus atas
ladang tersebut adalah Yeremia (ay 7-8). Apa yang dilakukan oleh Hanameel
adalah sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah kepada Yeremia (ay 6, 8).
Jadi akhirnya Yeremia membeli ladang yang
di Anatot itu dari Hanameel dan Yeremia melakukan seusai apa yang
difirman TUHAN keapdanya (9-25).
Pemulihan dan
keselamatan Israel dan Yehuda yang akan datang. Di mana Yeremia berdoa dan memuji dan membesarkan nama Allah
sebagai pencipta dan yang menebus umat-Nya dari tanah Mesir. Di dalam doa yang
dipanjatkan oleh Yeremia mendiskripsikan tentang Allah sebagai pencipta atas
langit dan bumi, semua itu diciptakan dengan kekuatan Allah sendiri (ay 17).
Allah tetap menunjukkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang dan Allah juga
menghukum orang-orang yang melakukan kesalahan sampai kepada keturunan atau
anak-anak mereka (ay 18). Mata Allah terbuka terhadap segala tingkah langkah
anak-anak manusia dengan mengajar setiap orang sesuai dengan tingkah langkahnya
dan sesuai dengan buah perbuatannya (ay 19). Tanda-tanda dan mujizat-mujizat
yang telah Allah lakukan sejak bangsa Mesir keluar dari tanah Mesir hingga
sampai kepada Yerusalem menunjukkan bahwa Allah yang besar dan nama-Nya adalah TUHAN
alam semesta, Allah adalah satu-satunya pribadi yang layak dipuji dan
diagungkan oleh Israel dan seluruh umat manusia (ay 20-21).
Konteks dalam pasal 33
adalah penjelasan firman TUHAN tentang Respons TUHAN atas doa Yeremia 32:
16-25. Dalam perikop pasal 33 ini membahas tentang pemulihan dan keselamatakan
Yerusalem dan Yehuda yang akan dikerjakan oleh Allah sebagai pencipta dan
pemilik atas hidup mereka. Firman Allah datang kepada Yeremia, ketika Yeremia
masih terkurung di pelataraan pengjagaan itu (ay 1). Selanjutnya (ayat 2-13)
berisi tentang: yang pertama, Allah akan menegakan nama-Nya (ay 2). Allah dapat
menjawab dan memberitahukan hal-hal yang besar yang tak terpahami oleh Yeremia
(ay 3). Allah sendiri akan berperang melawan orang-orang Kasdim karena segala
kejahatan mereka (ay 4-5). Allah akan menjadi sumber utama yang mendatangkan
kesehatan, kesembuhan, dan menyingkapkan kepada umat-Nya tentang kesejahteraan
dan keamanan yang berlimpah-limpah (ay 6). Allah adalah pelaku utama yang akan
memulihkan Yehuda dan Israel dan akan membangun mereka seperti dahulu (ay 7).
Segala pemberontakan dosa dan pelangaran yang telah diperbuat oleh umat-Nya
akan diampuni oleh Allah, Ia akan
mentahirkan mereka dari kesalahan yang mereka lakukan (ay 8-11), segala bangsa
akan terkejut dan gemetar karena Allah akan membuat kota Yehuda dan Yerusalem
akan menjadi tempat kegirangan, ternama, terpuji dan terhormat bagi Allah, akan terdengar suara kegirangan dan suara
sukacita, sebab Allah akan memulihkan keadaan negeri itu seperti dahulu, di
tempat itu akan terdengar suara orang-orang yang mengatakan: “bersyukurlah
kepada TUHAN semesta alam, sebab TUHAN itu baik, bahwasannya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya! sambil mempersembahkan korban syukur di rumah TUHAN
(ay 11-13).”
Kemudia selanjutnya
(Yer. 14-26) adalah penjelasan firman TUHAN tentang perjanjian Allah dengan
keturunan Daud dan keturunan Lewi. Didalamnya Allah akan menggenapi perjanjian
melalui Tunas Daud, keturan Daud tidak akan terputus duduk di atas takhta
kerajaan kaum Israel (ay 17) dan keturunan imam-imam Lewi tidak akan terputus
mempersembahkan korban bakaran di hadapan Allah dan membakar korban sajian,
korban sajian dan mengorbankan sembelihan sepanjang masa (ay 18). Sesungguhnya
pada waktu yang akan datang Allah akan menepati janji yang telah Ia sampaikan
kepada kaum Israel dan kaum Yehuda (ay 14). Allah akan menumbuhkan Tunas
keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri
Yerusalem dan Yehuda (ay 15). Yehuda dan Yerusalem akan dibebaskan dan hidup
dengan tentram. Dan dengan nama inilah
mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita! (ay 16). Selanjutnya (ayat 20-22)
adalah penjelasan firman TUHAN tentang Allah sebagai pemilik atas
janji-janji-Nya akan membuat banyak keturunan hamba Allah yaitu Daud dan
orang-orang Lewi yang ditetapkan oleh Allah untuk melayani-Nya. Allah akan
membuat keturunan Hamba Daud dan orang-orang Lewi seperti langit tidak
terbilang dan seperti pasir laut tidak tertakar (ay 22). Kemudian selanjutnya
Allah datang kepada Yeremia (ay 24-26) dan mengungkapkan tentang kedua kaum
yang dipilih TUHAN, yakni keluarga Lewi dan keturunan Yakub dan hamba Allah
Daud. Mereka akan melanjutkan keturunan nenek moyang mereka Abraham, Ishak dan
Yakub. Perjanjian Allah akan dilanjutkan oleh keturunan Daud dan kaum Lewi
kemudian melalui mereka semua bangsa akan memperoleh berkat dan keselamatan
yang akan datang dari Tunas Daud. Hal itu kemudian akan dijelaskan dalam pasal
31 yang membahas tentang “perjanjian baru”.
Perjanjian Baru
·
J. A. Thomson
mengatakan bahwa Yeremia 31: 31-34
“Ini merupakan perikop yang sangat terkenal di
Perjanjian Lama, karena di dalam seluruh Perjanjian Lama hanya dalam bagian ini
muncul kata “perjanjian baru” (berith
chadashah). Hal ini diterjemahkan
secara berbeda oleh kedua kelompok yang berbeda pada zaman berikutnya. Kaum sekitaran
di Qumran, melihat bahwa diri merekalah orang yang dipercayakan perjanjian
baru. Tetapi orang Kristen, melihat penggenapan nubuatan Yeremia di dalam
munculnya gereja yang adalah tubuh Kristus (Luk. 22: 20; 1 Kor. 11: 15; Ibr. 8:
8-9: 28).”[11]
·
John F. Walvoord
mengemukakan bahwa “Perjanjian adalah suatu ikrar penting untuk menggenapi
janji. Kadang-kadang perjanjian itu bersifat sepihak dalam arti bahwa orang berjanji
akan melakukan sesuatu untuk orang lain, bagaimana pun juga keadaannya.”[12]
·
Chrithoper Luthy
dalam kelas mata kuliah Teologi
Perjanjian Baru menerangkan bahwa “Dalam Bahasa Ibrani - בְּרִ֥ית ×—ֲדָשָֽׁ×” (berith chadashah) Dalam Bahasa Yunani – καινὴ διαθήκη Artinya kata διαθήκη adalah ‘perjanjian’ dari satu
pihak kepada yang lain – bukan ‘persetujuan’ di antara dua pihak.”[13]
Dari
hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa new covenant/ berith
chadashah adalah perjanjian sepihak
dari Allah, yang dinyatakan atas dasar kehendak dan kasih Allah yang kekal, tanpa
melibatkan persetujuan dari ciptaan-Nya. Perjanjian baru ini akan tertanam
dalam setiap batin dan hati umat Israel
secara umum dan orang-orang percaya di luar Yahudi, secara permenan atau kekal. Karena Allah sendiri yang
akan menuliskannya dalam setiap hati dan batin umat-Nya (Yer 31: 31-34).
·
Ayat kunci Yeremia 31:31-34.
“Sesungguhnya,
akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan
kaum Yehuda, bukan seperti
perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku
memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;
perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa
atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah
perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah
firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya
dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku. Dan tidak usah
lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan:
Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah
firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa mereka.”
Perjanjian Baru Dimulai dari
Kasih Allah yang bersifat kekal (Yer. 31: 1-9, 20, 31, 36, 40)
Teks dari Kitab Yeremia 31: 1-9
memperlihatkan bahwa perjanjian baru yang dikumandangkan oleh Yeremia adalah
bersumber dari kehendak, serta kasih Allah yang kekal (ay 3). Pasal 31: 1-40
adalah nubuatan Yeremia berhubung dengan pengembalian Israel secara umum (Yer.
31: 2-22) dan kaum Yehuda secara khusus (Yer. 31: 23-26) ke tempat kediaman
kebenaran. “Aku mengasihi dengaku dengan kasih yang kekal” (ay 3) Karena
kasih Allah kepada umat-Nya baik Israel dan Yehuda “Bangsa Israel yang terluput dari
pedang itu” mereka sekali lagi akan hidup bersama di bawah berkat
perjanjian Allah yang baru. Dengan kasih yang kekal, sehingga Allah akan
“Menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih” (Ay 2).[14] “Sebagaiman
semua perjanjian Allah, itu terjadi atas inisiatif Allah sendiri, bukan
inisiatif kita (perhatikan, Ku-adakan[15]
..Aku akan menaruh..dan melukiskannya..dll),
dan hubungan yang akan terjalin disimpulkan dalam perkataan Aku
akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yer 31: 33c; 30: 22).”[16] Terkait frase ini seorang penafsir Derek Kidner mengemukakan,
Sumber
dari seluruh perikop ini adalah ucapan agung dalam ay 3, Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal..karena kasih-Nya
inilah, maka Ia yang memulai dan akan mendorong hubungan ini, melalui semua
tantangan dan rintangan untuk mencapai kesempurnaannya, bukanlah perbuatan baik
orang yang dikasihi itu. Kalimat pembukaan telah mengingatkan kita akan
kasih-Nya ini melalui perkataan dari
tempat jauh, yang berbicara bukan tentang Allah yang menjauh, melainkan
tentang kebuTUHAN manusia sebagaimana tertulis dalam 30: 10 “Sebab sesungguhnya, Aku menyelamatkan engkau
dari tempat jauh dan keturunanmu dari negeri pembuangan mereka.” Yer 31: 3 “sebab itu Aku melanjutkan[17] kasih setia-Ku
kepadamu.”[18]
Umat Israel mendapat belas kasihan
di padan gurun (ay 2), “Darih jauh TUHAN menampakan diri
kepadanya,” artinya bukan berarti TUHAN mengasihi bangsa Israel dari
kejauhan, seolah-olah TUHAN jauh ketika menunjukkan kasih-Nya, akan tetapi
makna sesungguhnya berdasarkan konteks ini, sebagaiman diungkapan oleh Thompson
“Tetapi saran yang masuk akal adalah bahwa dari
kejauhan bisa berarti “dahulu kala,” dalam teofani
Sinai. Interpretasi ini sesuai dengan konteks saat ini. Ada dua istilah
perjanjian yang signifikan di sini, cinta (baik kata kerja aheb dan kata benda ahba
dan kesetiaan (hesed). Perkataan tersebut berlangsung di PL sebanyak 245 kali, sebagian
besar konteks. Pada terjemahan itu Aku telah
memperpanjang kesetiaan yang tak berkesudahan kepada Anda.”[19] “Yaitu bangsa yang terluput dari pedang itu” (ay 2), terkait dengan frase ini Ferguson juga telah
menyatakan
“Sebagaimana dalam Kitab Yesaya 35; 41: 17-20; 43:
14-21; 48: 20-21; 49: 8-13. kepulangan dari Babel itu digambarkan dengan
kata-kata yang mengingatkan (dan melampaui) kepulangan (eksodus) dari Mesir,
misalnya kata pada gurun dalam ay 2.
Namun karena 51: 50 menyebut orang-orang
yang terluput dari pedang adalah orang-orang yang dibuang ke Babel, di situ
sudah tersimpul pengertian bahwa mereka yang dibuang ini juga dijanjikan suatu
perjalanan yang dituntun oleh Allah hingga sampai pada tujuan, sebagaimana
nenek moyang mereka.”[20]
Ini juga pertanda bahwa ada
perubahan yang mencolok antara keadaan masa lalu dan masa depan. Masa lalu Israel
telah rusak dan tidak taat pada covenant Allah,
tetapi kini Allah akan memulihkan kembali dengan memberikan perjanjian baru
yang akan mendorng di dalam batin dan pikiran mereka untuk taat kepada Allah
secara terus menerus. (Ay 4-5) Allah sendiri akan membangun kehidupan umat-Nya
yang hancur (ay 4), dan Allah sendiri yang akan menjadi penyedia segala kebuTUHAN
umat-Nya (ay 5). Sehingga semua dari kaum Yehuda dan Israel akan dikumpulkan oleh
Allah sendiri (ay 8, 10). “Ayat 7-14 (Mudik yang Gembira
untuk dilihat semua orang) Bagian selanjutnya menguraikan tema mudik dengan
menggunakan gambar-gambar sukacita yang mencolok. Puisi dibuka dengan seruan Liturgi untuk beribadah dan mereka menyebutkan
alasan untuk memuji (31: 7-9).”[21] Mereka akan bersorak-sorai dan menyembah Allah di
gunung yang kudus (ay 6-7). Umat Israel akan dikumpulkan kembali oleh Allah
sendiri (ay 8, 10), Allah sendiri yang akan menjadi Bapa atas umat Umat-Nya (ay
9).“Inilah inti yang hidup dari janji Allah. Pun langit yang baru dan bumi yang
baru hanyalah permulaan dari apa yang telah dipersiapkan sebelumnya.”[22] Jadi,
(Yer 31: 1-9) ungkapan Allah ini sebagai formula bahwa pemulihan dan
keselamatan yang akan diterima oleh Israel dan Yehuda yang akan datang adalah
semata-mata hanya karena kehendak dan kasih Allah yang kekal itu, oleh karena kasih
yang kekal itu, maka umat Israel dan kaum Yehuda akan dipulihkan dan dikembali
ke negeri perjanjian (tempat mulainya kebenaran (ay 23).
TUHAN merubah kerusakan
bangsa Israel dan Yehuda dengan
sukacita (Yer. 31: 10-17, 23-26)
Bangsa-bangsa lain akan tahu bahwa
Allah sendiri yang akan mengumpulkan
umat-Nya kembali (ay 10), dan setelah mereka dikumpulkan, bangsa Israel akan
bersorak-sorai memuliakan Allah yang kudus karena kebajikan TUHAN (ay 12), Allah
mengubah perkabungan menjadi kegirangan (ay 13), beranjak dari kebenaran firman
TUHAN ini Timothy M. Willis menyatakan,
Salah satu cara Yeremia mengemukakan tema ini adalah berbicara tentang
kembalinya sukacita kepada orang-orang Yerusalem (ayat 7, 17, 13). Yeremia telah bernubuat pada kesempatan sebelumnya
tentang bagaimana “sukacita” dan “sukacita” akan berhenti dengan kedatangan orang Babilonia (7: 34; 16: 9; 25: 10; Ps. 33: 11). (Yer. 31: 7,
12, 13) Yeremia memperluas gambaran ini dengan cara lain yang tipikal baginya. Tema utamanya adalah
kegembiraan yang akan menggantikan duka dan duka yang saat ini ditunjukkan kepada orang-orang Yerusalem. Sekarang dia memprediksi kebalikan dari
ketidakberuntungan mereka. orang-orang yang gembira ini datang dari tanah utara
(ayat 8), sebuah tanah yang saat ini dikenal sebagai rumah para penyerang kejam
Yehuda (lihat 6: 22-24). Yang paling lemah dari orang-orang (yang buta dan
lumpuh) akan berada di antara mereka yang dipulihkan dan bersukacita. Ada perasaan
lengkap tentang hal ini yang dikomunikasikan oleh inklusivitas penunjukan dalam
ayat 13-14. Ini termasuk wanita dan pria, muda dan tua, hamba-hamba Alah dan orang (umum). Seluruh bangsa akan bersukacita.[23]
Allah akan memuaskan para imam dan
umat-Nya, kecil, besar dan tua muda (ay 14), Tidak ada lagi ratap dan tangisan
(ay 15-16). Akan ada hari depan bagi umat Israel (ay 17). Allah akan menjadi
sumber utama yang akan mendatangkan kesehatan, kesembuhan, dan menyingkapkan
kepada umat-Nya tentang kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah. Allah
adalah pelaku utama yang akan memulihkan Yehuda dan Israel dan akan membangun
mereka seperti dahulu. “Melalui Yeremialah maka perjanjian yang baru, dengan
janji berkat puncak bagi Israel diberikan (Yer 31: 10-14) jelaslah dari Alkitab
kepastian penggenapan nubuat adalah sedemikian rupa kemurtaatadan Israel pun
tak dapat menghalangi tujuan akhir Allah.”[24]
Ada hari depan yang penuh harapan yang dipersiapkan oleh Allah sendiri bagi
orang-orang buangan ini, yaitu ke negeri perjanjian (ay 23).
Perjanjian Baru sebagai
Dasar Pertobatan Efraim (Yer. 31:
18-22)
“Yer. 31: 18-20. Bawalah aku kembali, Yeremia menulis tentang Israel (sepuluh suku yang disebut Efraim) sebagai
akhirnya mengakui, dalam kerendahan hati, perlunya TUHAN untuk menggerakkan mereka pada pertobatan dan
pengampunan. Lih. Mazmur 120: 13-17 untuk hubungan pemulihan Israel dengan doa-doa mereka
(lihat juga 24: 6, 7; Rat 5: 21; lih. Yoh 6: 44, 65).”[25] Terkait
kebenaran ini Thomson mengemukakan bahwa “(Yer 31: 1) Janji yang agak
kabur dari (Yer 30: 23-24) diberikan definisi
yang lebih jelas di sini dengan menghubungkan ayat-ayat ini kembali ke 30: 22.
Pada saat itu janji pemulihan dan pembaruan akan membuahkan hasil ketika semua
keluarga Israel, rakyat Yehuda, akan dipulihkan ke hubungan perjanjian yang
tepat dengan Yahweh (30: 3; Amos 3: 1-2).”[26]
Kemudia Mathew Henry menjelaskan
Yeremia
18- 22 “Pertobatan Efraim, dan
kembalinya dia kepada Allah. Bukan hanya Yehuda, melainkan juga Efraim dan
sepuluh suku akan dipulihkan, dan karean itu akan dipersiapkan dan dilayakkan
untuk itu. Efraim akan berkata, apakah lagi sangkut pautku dengan
berhala-berhala? (Ho. 14: 9, KJV). Suku Efraim di sini dibicarakan sebaagi saru
orang, untuk menandakan kebulatan suara mereka. mereka aka menjadi seperti satu
orang dalam pertobatan mereka, dan dalam pertobatan itu mereka akan memuliakan
Allah dengan satu pikiran dan satu mulut, satu sebagai keseluruhan. Hal ini
juga seperti itu supaya berlaku bagi setiap orang yang bertobat, yang bagi
merekalah bagian Kitab Suci ini diberikan sebagai pengarahan dan dorongan
semangat. Efraim di sini digambarkan sedang menangis karena dosa, mungkin
karena Efraim, orang yang darinya suku itu diberi nama, adalah seorang yang
berjiwa lembut, yang berkabung sehari-hari lamanya untuk anak-anaknya (1 Taw.
7: 21-22). dan kesedihan atas dosa dibandingkan seperti menangis seorang anak
tunggal.”[27]
Pertobatan yang diterima oleh Efraim
adalah atas dasar belas kasihan Allah, didalamnya Allah mengakuinya sebagai “Anak
kesayangan. Gerangan Efraim bagi-Ku atau anak kesukaan? Sebab itu hati-Ku
terharu terhadap dia,..” Allah akan menyayanginya (20). Setelah
menerima kesadaran dan pertobatan dan mengetahui dirinya yang sebenarnya adalah
orang berdosa, Allah akan membuat mereka menyesal dan malu atas semua
dosa-dosanya itu.
Yeremia 31: 23-26 “Di
sana akan duduk Yehuda serta segala kotanya (ay 24) di dalam ayat-ayat
ini nabi Yeremia membicarakan secara khusus kaum Yehuda, Aku telah memulihkan keadaan
mereka (ay 23) Allah
sendiri yang akan memulihkan dan mengembalikan kaum Yehuda ke negeri perjanjian
atau tempat kediaman kebenaran (ay 23). Allah sendiri yang akan membuat mereka
yang lelah menjadi segar dan yang
kelaparan akan dibuat puas (ay 26-27).
Ketaatan sebagai bagian
dari Perjanjian Baru (Yer. 31: 18-22, 34)
Ketataan merupakan bagian dari
perjanjian baru. Dengan adanya perjanjian baru yang dianugerahkan Allah ke
dalam setiap hati umat-Nya, yaitu firman Allah yang ditulis dalam batin dan
hati baik itu laki-laki dan perempuan, tua atau muda dengan sendirinya akan
memiliki kerinduan dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk mentaati Allah
serta seluruh firman-Nya (ay 34). “Di dalam setiap hati memiliki keputusan
masing-masing untuk mentaati Allah atau tidak.”[28] Ketaatan
dalam perjanjian baru tidak sama persis dengan sebelum adanya perjanjian baru. Sebagaiman
yang disampaikan oleh Yeremia 31: 34 “Dan
tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan
mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku,” Disini memiliki makna secara
implisit, bahwa semua orang akan mengenal Allah adalah atas dorongan dari diri
sendiri yang digerakan atas dasar Taurat TUHAN yang sudah Allah tuliskan dalam
setiap hati anak-anak-Nya. Sebagaiman yang dinyatakan oleh Huey “Mereka yang berada di bawah perjanjian baru akan menaati Allah bukan karena
tugas atau ketakutan tetapi karena keinginan dan kemampuan yang diberikan Allah
untuk melakukannya (lih. Rom 8: 1-4, 2 Kor 5: 14). Dengan demikian, tidak perlu
lagi memodifikasi perjanjian, karena Israel tidak akan lagi membatalkan perjanjian baru (3:17); itu harus kekal (32:4 0).”[29] Sehingg
Thomson mengatakan bahwa “perjanjian baru membawa berkat Ketaatan.”[30] Jadi, ketataan umat TUHAN kepada Allah bukan
didasarkan atas dasar dorongan orang lain, atau atas dasar hanya karena perintah,
tetapi benar-benar keluar dari dalam diri sendiri yang digerakan oleh Roh Allah. Karena kebenaran Allah sudah dimeteraikan
dalam hati umat-Nya secara permanen.
Perjanjian Baru sebagai
dasar Pemulihan umat Israel (Yer.
31: 23-30)
Di dalam ayat (23-28 menjelaskan
bahwa kesaksian Umat Israel bahwa TUHAN telah memulihkan keadaan Israel (ay 23),
TUHAN memberkati Israel tempat mulainya kebenaran Allah (ay 24), TUHAN akan
membuat segar dan puas terhadap yang lelah dan merana (ay 25), TUHAN akan
memulihkan dan melimpai Israel dan Yehuda dengan benih manusia dan benih hewan (ay
27). TUHAN sendiri berkata bahwa “Seperti
tadinya Aku berjaga-jaga atas mereka untuk mencabut dan merobohkan, untuk
meruntuhkan dan membinasakan dan mencelakakan, demikian juga Aku akan berjaga-jaga atas mereka untuk membangun dan
menanam, demikianlah firman TUHAN”(ay 28).
Pada dasarnya perjanjian Allah yang
baru ini akan menjadi dasar atau pondasi utama untuk pemulihan yang akan
diterima oleh Israel dan kaum Yehuda. Umat Isarael sendiri akan bersaksi dan
mengakui di hadapan bangsanya sendiri dan bangsa-bangsa lain bahwa pemulihan
yang telah mereka terima adalah berasal dari pada TUHAN. Allah adalah sumber
berkat yang memberkati bangsa Israel sehingga dari keadaan hancur dan terpuruk
bagaimana pun TUHAN akan memulihkan keadaan mereka (Yer 31: 23-30). Jadi dasar
utama bagi kesaksian umat Israel adalah Allah sendiri sebagai pemilik atas
perjanjian baru. Allah sendiri yang akan menetapkan bangsa Israel untuk menjadi
kesaksian bagi bangsa-bangsa lain. Sehingga nama Allah tetap akan menjadi yang
utama dalam kehidupan mereka, dari generasi ke generasi Allah tetap kekal. Kemudian
yang berikut terkait janji Allah tentang “perjanjian baru” meliputi:
Perjanjian Baru sebagai Nubuatan
Pemulihan atas bangsa Israel (Yer. 31: 31-34)
Beberapa
pengamatan tentang perjanjian Baru dalam Yeremia 31: 31-34
Pertama, Yer 31: 31 “Keberlangsungan perjanjian bergantung
pada pengakuan Yahweh yang berkelanjutan sebagai TUHAN, dan kepada TUHAN yang terus
menerus terhadap ketentuan-ketentuan perjanjian (Yer 11: 1-8).”[31]
Pertama, Teks Yeremia 31: 32 membedakan perjanjian baru dengan Musa (Yer. 31:31)
“Sejarah Israel
sejak zaman Musa adalah salah satu dari kegagalan yang terus-menerus untuk
hidup menurut ketentuan-ketentuan perjanjian. Mereka tidak hanya menolak untuk
menaati hukum atau untuk mengakui kedaulatan Yahweh yang lengkap dan tunggal,
tetapi tidak mampu untuk taat seperti itu. Inilah krisis bagi iman Israel yang
dipahami Yeremia dengan jelas.” [32] Kemudian Selanjutnya Thomson
menerangkan bahwa “31: 31-34 Perjanjian baru.
berbeda dengan perjanjian Musa di mana Israel Gagal, Allah menjanjikan
perjanjian baru dengan dinamika spiritual ilahi yang dengannya orang-orang yang
mengenal Dia akan berpartisipasi dalam berkat keselamatan. Pemenuhan adalah
untuk individu, namun juga untuk Israel sebagai bangsa (Yer 31: 36; Rom: 11: 16-17). Ini diatur
(1) dalam kerangka kerja pembangunan kembali bangsa di tanah mereka (Mis. Bab 30-33) dan dalam ay. 38-40) dan (2) pada saat setelah kesulitan
terakhir (30: 7).[33]
Perjanjian Baru diingatkan dengan
adanya Taurat diletakan di dalam hati mereka dan Allah akan menjadi
satu-satunya Allah mereka (ay 33), Allah yang berinisiatif untuk mengadakan
sebuah perjanjian baru atas Israel dan Yehuda. “Perjanjian Musa ditulis di batu (Kel 31:18;
34:27–32; Ula 4:13; 5:22; 9:11; 10:3, 4) dan di dalam suatu buku (Kel 24: 7;
lihat juga Rom 7: 6), akan tetapi perjanjian baru ditulis ‘dalam hati’ umat
Allah. Maksudnya, di dalam Perjanjian Baru, umat-Allah ingin menaati Dia. Ada kebenaran batin (lihat juga Yoel
2:28–32). Di dalam Perjanjian Baru, bangsa Allah tidak
taat hanya oleh karena kewajiban.”[34]“ Yer 31: 31 Memang itu
merupakan salah satu wawasan terdalam di seluruh Perjanjian Lama.”[35]
Kedua, kemudian selanjutnya, di
dalam perjanjian yang baru, setiap umat di dalam bangsa Allah akan mengenal
Allah langsung (Yer. 31: 34). Dan kebenaran Allah sendiri
yang akan memimpin umat Israel untuk mengenal TUHAN (ay 34). Inilah salah satu
keunggulan dari pada Perjanjian baru yaitu setiap orang percaya dapat mengenal
Allah secara langsung tanpa perantara dari manusia. Terkait firman Tuhan (Yer.
31: 34) J. A Thomson mengemukakan
“Luasnya transformasi pada hari itu
adalah bahwa perantara seperti Musa, imam, nabi, guru, tidak lagi diperlukan
untuk mengajar orang-orang dan mengatakan “Kenali Yahweh,” karena semua orang yang akan mengetahui (yada) Dia, anak muda dan tua, dari yang terkecil sampai yang
terhebat. Kata kerja yang dikenal di sini mungkin membawa konotasi yang paling
mendalam, pengetahuan pribadi yang intim yang muncul antara dua orang yang
berkomitmen sepenuhnya satu sama lain dalam suatu hubungan yang menyentuh
pikiran, emosi. Saya akan memaafkan (salah) kesalahan mereka (awon) dan tidak akan mengingat
(zakar) dosa mereka (hatta’t) lagi.”[36]
“Sebuah perjanjian
baru diperlukan karena mereka melanggar yang pertama terlepas dari fakta bahwa
Yahweh telah melakukan tindakan pembebasan yang perkasa atas nama mereka,
menangkap mereka dengan tangan dan memimpin mereka dari Mesir, dan terlepas
dari kenyataan bahwa ia adalah TUHAN mereka”[37]
Ketiga, Allah
akan mengampuni dosa-dosa umat-Nya (ay
34b). Atas dasar inisiatif Allah
sendiri, Ia akan mengampuni kesalahan yang diperbuat oleh umat-Nya. Terkait
firman TUHAN (ay 34) ini, Christopher Luthy menerangkan bahwa
“Yeremia berjanji bahwa Allah akan “mengampuni
kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka. Meskipun di dalam
perjanjian lama bangsa Israel sadar bahwa Allah mengasihi manusia dan
mengampuni kesalahan (Kel 34: 6-7), mereka belum diampuni. Sebenarnya, melalui
korban-korban bangsa Israel ‘setiap tahun... diperingatkan akan adanya dosa’
(Ibr 10: 3). Di dalam perjanjian baru, Allah “tidak lagi mengingat dosa mereka”
(Yer. 31: 34) karena “oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk
selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”
(Ibr 10:14).”[38]
Jadi makna teologinya adalah bahwa pengampunan
adalah benar-benar murni tindakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. Pengampunan
yang mereka terima adalah benar-benar berdasarkan kasih karunia yang berasal
dari pada Allah sendiri. Sebagaimana hal ini juga telah dijelaskan diatas (Yer.
31: 18-22) pertobatan dan pengampunan yang diterimah oleh umat-Nya adalah
bersumber dari Allah sendiri.
TUHAN Menegaskan Bahwa
Perjanjian-Nya Tidak Akan Pernah
Berubah (Yer. 35-37)
“(Yer. 31: 35-37) Ayat-ayat ini
menekankan kepastian yang dengannya Israel dapat mengharapkan Allah untuk
memenuhi Perjanjian Baru (lih. 33: 17-22, 25, 26).”[39] Langit dan alam semesta menjadi bukti dari
perjanjian Allah yang kekal (ay
35), Ketetapan Allah tidak akan beralih
dan tidak akan berhenti (ay 36). Langit dan bumi adalah bukti bahwa TUHAN tidak
akan menolak menolak Israel (37). Perjanjian Allah tidak akan berubah. Langit
dan alam semesta menjadi bukti dari perjanjian Allah yang kekal. Ketetapan
Allah tidak akan beralih dan tidak akan berhenti. Langit dan bumi adalah bukti
bahwa TUHAN tidak akan menolak umat-Nya Israel dan Yehuda. Kemudia yang yang
terkahir dari pasal 31 terkait janji Allah.
Penutup
dari adanya nubuatan perjanjian Baru (ay 38-40), Yeremia bernubuat bahwa
Yerusalem akan dibangun kembali dan tidak akan dirobohkan lagi. (ay 40) Janji
nubuat ini akan tergenapai dalam jangka waktu yang lebih jauh kedepan yaitu
penggenapan terakhir yang akan dikerjakan oleh Yesus Kristus sebagai raja Agung,
tunas Daud yang memerintah di bumi.
Penerapan
bagi masa kini
Penerapan bagi kehidupan orang
percaya masa kini dari hasil uraian makalah tentang makna perjanjian baru
berdasarkan Yeremia 31: 1-40 adalah sebagai berikut:
Pertama,
Allah mengasihi kita dengan kasih yang
kekal. Implikasi teologi adalah bahwa kita menerima keselamatan, pemulihan,
pengampunan serta pertobatan dan pembaharuan hidup adalah semata-mata hanya
karena kasih Allah. Karena kasih Allah
yang kekal itu, maka Ia telah menganugerahkan belas kasihan kepada kita di
dalam Yesus Kristus agar di dalam-Nya kita sebagai orang-orang percaya memperoleh
keselamatan dari hukuman kekal. Allah mengasihi kita dengan kasih Agape (kasih Allah tanpa syarat), Allah
menyelamatkan kita bukan karena kita layak untuk memiliki keselamatan itu.
Tetapi hanya karena kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam Kristus Yesus
bagi kita (Yer. 31: 1-3).
Karena itu kita sebagai orang-orang
percaya dapat menerapkan kasih Allah itu kepada orang lain, melalui sikap hidup
dan perbuatan baik kita. Kita harus menunjukkan kasih kepada dunia, yaitu mengasihi orang lain tanpa menuntut
imbalan dari mereka, kita mengasihi orang lain karena Allah terlebih dahulu
telah mengasihi kita. Tujuan dan motivasi kita mengasihi adalah hanya karena
kita mengasihi Yesus dan agar orang lain dapat melihat Yesus melalui karakter
yang tercermin dari dalam diri kita sebagai pengikut Kristus. Sehingga mereka
juga bisa memuliakan Allah.
Kedua,
keberadaan kita sebagai orang-orang
percaya atau pengikut Kristus di tengah-tengah dunia ini adalah untuk
menghadirkan sukacita dan damai sejahtera. Kita dipilih, diampuni, serta
dipulihkan dan ditetapkan oleh Allah untuk membawa terang di tengah-tengah
dunia ini. Sebagaimana TUHAN sebagai
sumber utama yang memberikan sukacita kepada umat-Nya (Yer. 31: 10-17,
23-26). Sukacita yang dirasakan seperti orang-orang Israel ini dapat juga
dirasakan oleh setiap orang yang hidup di masa kini, ketika kita sebagai
orang-orang percaya dan pengikut Yesus saling memperhatikan, saling membangun
dan saling membantu kekurangan yang dimiliki orang lain atau antar satu sama
dengan yang lain. Sehingga semua orang dapat merasakan suka cita dan damai
sejahtera dalam kehidupan mereka.
Ketiga,
pemulihan dan keselamatan yang diperoleh
oleh Orang Kristen hanya karena kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus. Kita
sudah melihat apa yang telah disampaikan oleh Allah di dalam Kitab Yeremia 31,
Allah menyelamatkan umat Israel hanya karena kasih-Nya yang kekal itu, bukan
karena perbuatan baik mereka, di dalam kasih karunia Allah, umat Israel memperoleh
restorasi/pemulihan secara permanen. Karena itu kita sebagai orang-orang
Kristen harus memberitahukan kebenaran ini kepada semua orang yang hidup pada
zaman ini, bahwa keselamatan hanya ada di dalam Allah, keselamatan hanya bisa
kita peroleh di dalam Yesus Kristus, Allah menawarkan keselamtan dengan jalan
satu-satunya adalah percaya kepada Yesus Kristus sebagai juruselamat (Yoh. 3:
16). Sebagaimana kebenaran ini juga dicatat dalam Kitab Ibrani 8: 6-13.
Keempat,
Orang Kirsten harus hidup menurut Perjanjian
Baru yang dimeteraikan dalam hati. Dalam arti bahwa sebagaimana kebenaran
firman Tuhan yang disampaikan dalam Kitab Yeremia 31: 31-34 bahwa kita harus
peka terhadap suara Roh Kudus yang berbicara dan menegur kita dalam hati,
kemudian kita menaati suara hati yang dipimpin oleh firman yang sudah
ditanamkan dalam batin dan hati kita, bertekun
secara terus-menerus sebagai tanda hidup dalam Perjanjian Baru. Kita
sebagai orang-orang percaya harus bertekun dalam segala hal, secara khusus
terhadap mempertanggung jawabkan iman kita di hadapan Allah. Di dunia ini pasti
akan ada banyak godaan dan tantangan yang datang menghampiri kita untuk
menggocankan ketekunan terhadap Kristus Yesus namun, kita harus tetap tekun
memelihara kesucian hidup sebagai tanda bahwa kita hidup dalam perjanjian baru.
Di atasnya Allah dengan kuasa yang
mahatinggi akan tetap menopang dan memelihara kita dimana pun kita berada. Karena
itu kita sebagai orang-orang percaya atau pengikut Kristus harus bersandar
penuh pada kuasa-Nya. Dalam masa senang dan tidak senang kita harus tetap
percaya dan bertekun didalam Allah yang memelihara dan mengaja hidup kita.
BAB III
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari hasil uraian
makalah tentang konsep perjanjian baru
berdasarkan Kitab Yeremia 31 menunjukkan hasilnya sebagai berikut, Pertama, perjanjian baru dimulai dari
kehendak dan kasih Allah yang bersifat kekal, perjanjian baru dimulai dari
inisiatif Allah sendiri untuk menyatakan kasih-Nya bagi Israel dan bangsa-bangsa
lain. Kedua, perjanjian baru adalah perjanjian
Allah yang terikat pada kedaulatan Allah sebagai Allah yang mahatinggi. Perjanjian
Allah yang baru adalah sebagai dasar bagi restorasi/pemulihan bangsa Israel
yang akan tertanam secara permanen, termasuk penggenapan perjanjian yang akan
dikerjakan dalam Kristus Yesus sebagai Anak Allah perjanjian baru. Perjanjian
baru dimulai dari Allah dengan umat Israel sebagai bangsa pilihan-Nya. Perjanjian baru tidak akan dibatalkan oleh
siapapun Allah menetapkannya untuk selama-lamanya.
Dari hasil pengamatan perjanjian
baru berdasarkan Yeremia 31 menunjukkan bahwa perjanjian baru berbeda dengan perjanjian Musa di mana Israel Gagal, “Allah menjanjikan perjanjian baru dengan dinamika spiritual ilahi yang
dengannya orang-orang yang mengenal Dia akan berpartisipasi dalam berkat
keselamatan. Pemenuhan adalah untuk individu, namun juga untuk Israel sebagai
bangsa (Yer
31: 36; Rom: 11: 16-17).”[40] Kemudian selanjutnya, didalam
perjanjian baru setiap umat akan mengenal Allah. Pengenalan akan Allah dimulai
dari kebenaran Allah yang ditanamkan dalam batin dan hati anak-anak Allah. Jadi,
kita semua dapat mengenal Allah tanpa perantara manusia, seperti imam atau nabi
yang berlaku sebelum adanya perjanjian baru. Pengampunan yang diperolah oleh orang Kristen hanya
karena anugerah Allah yang dinyatakan dalam pengorbanan, kematian dan kebangkita
Yesus Kristus. Jadi
makna teologinya adalah bahwa pengampunan adalah benar-benar murni
tindakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. Mereka yang berada di bawah perjanjian baru akan menaati Allah bukan karena
tugas atau ketakutan tetapi karena keinginan dan kemampuan yang diberikan Allah
untuk melakukannya (lih. Rom 8: 1-4, 2 Kor 5: 14).
KEPUSTAKAAN
Alkitab
Alkitab Lembaga Terjemahan Baru, (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia).
Buku-Buku
Adeyemo Tokunboh. African
Bible Commentary: Written by 70 African Commentary. Africa Zonderan: WordAlive, 1973.
Kidner Derek. Yeremia: Teladan Iman Di Tengah Kekacauan
Moderen. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1996.
Hays Daniel
J. The
Message of the Prophet: A survey of the Prophetic and Apocalyptic books of the Oled Testament. Zondervan: Grand
Rapid Michigan, 2010.
Jr. Huey, F. B. The American Commentary:
Ratapan Yeremia.
Nashville,
Tennessee, 1973.
MacArthur John. Bible Commentary. Nashville: Dallas
Tennessee, 2005.
Thompson A. J. The
Book of Jeremiah: The New International Commentary On The Old Sestament. Grand Rapids: Eerdmans, 1980.
Walvoord John F. Penggenapan Nubuat Masa Kini: Zaman Akhir. Malang:
Gandum Mas, 1996.
Stulman Louis. Jeremiah:
Abingdon Old Testament Commentaries. Noshville: Abingdon Press, 2005.
Willis Timothy M.
Jeremiah Lamentations: Press NIV
Commentary. Zondervan: Joplin Missouri, 2002.
Diktat
Brake
Andrew S. Diktat Nabi-Nabi dan Etika
Terapan. Makassar: STFT Jaffray, 2020.
Luthy
Christopher. Diktat Theology Perjanjian Baru. Makassar: STFT Jaffray, 2020.
Software
Matthew Hendry. Tafsiran
Matthew Hendry, Android 1.2.3. Tim Sabda dan Alkitab.
[17]Derek
Kidner, Kata kerja ini, pada dasarnya seperti “menarik”, juga bermakna
“memperpanjang”, sebagaimana dalam Mzm 36: 10. Namun obyek langsunnnya adalah
prime faice “kamu” yang Allah telah “tarik”; dan istilah “kesetiaan” (hesed, kasih tekun, kasih setia) dapat
pula digunakan sebagai kata keterangan.: “dengan kesetiaan” dll, hl 148.
Tidak ada komentar